KEBAHAGIAAN ITU ADA BILA KITA DAPAT MENSYUKURI SESUATU YANG KITA MILIKI

Rabu, 09 Februari 2011

BERSIH HATI

Nabi s.a.w. telah bersabda: "Yang sangat aku takuti atas kamu adalah syirik kecil". Sahabat bertanya: "Ya Rasulullah apakah syirik kecil itu." Jawab baginda: "Riya'. Pada hari pembalasan kelak Allah berkata kepada mereka; pergi lah kamu kepada orang-orang yang dahulu kamu beramal kerana mereka di dunia, lihatlah disana kalau-kalau kamu mendapat kebaikkan dari mereka."

Riya' adalah beramal untuk dilihat orang, dipuji. Abu Lais berkata: Dikatakan kepada mereka sedemikian itu kerana amal perbuatan mereka ketika didunia secara tipuan, maka dibalas demikian.

Allah membalas tipuan mereka itu dengan membatalkan semua amal perbuatan mereka itu. Kerana mereka dahulu tidak beramal untuk Allah, tiap amal yang tidak dikerjakan ikhlas untuk Allah tidak sampai kepadaNya.

Abu Lais meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w bersabda: Allah telah berfirman:

"Aku yang terkaya dari semua sekutu. Aku tidak berhajat dari segala amal yang di persekutukan kepada lain dari Ku, maka aku lepas bebas dari amal itu."

Hadis ini sebagai dalil bahawa Allah tidak menerima amal kecuali yang ikhlas melulu kepadaNya. Maka jika tidak ikhlas tidak diterima dan tidak ada pahalanya bahkan tempatnya tetap dalam neraka jahannam.

Tersebuat dalam surah al-Isyrak:

Sesiapa yang ingin kan dunia dengan amalnya, kami berikan kepadanya dari kekayaan dunia dan bagi sesiapa yang kami kehendakki kebinasaan nya, kemudian kami masukkan dia kedalam neraka jahanam sebagai seorang terhina dan terusir jauh dari rahmat Allah. Dan sesiapa yang inginkan akhirat dan berusaha dengan sungguh dan ikhlas dan disertai iman, maka usaha amal mereka itulah yang terpji.

Dari ayat ini nyatalah bahawa yang beramal kerana Allah maka akan diterima sedangkan yang beramal tidak kerana Allah taidak akan diterima dan hanya mendapat laelah dan susah semata-mata.

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w bersabda:

Ada kalanya orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga, dan ada kalanya orang yang bangun malam tidak mendapar apa-apa dari ibadatnya kecuali mengantuk, yakni tidak mendapat pahala dari amalnya.

Orang yang beramal dengan Riya' dan Sumaah itu bagaikan seorang yang keluar kepasar dengan mengisi dompetnya dengan batu, semua orang berasa kagum dan berkata: alangkah penuhnya dompet wang orang itu. Tetapi sama sekali tidak berguna bagi orang itu kerana tidak dapat dibelanjakan wang itu, hanya semata-mata mendapat pujian orang. Demikina jugalah orang yang beramal denga Riya' dan Sumaah tidak tidak ada pahalanya di akhirat sebagaimana firman Allah dalam surah al-Furqan ayat 23:

Dan kami periksa semua amal perbuatan mereka lalu kami jadikan debu yang berhamburan.

Seorang datang kepada Nabi s.a.w dan berkata: "Ya Rasulullah aku bersedekah dengan mengharap keridhoaan dari Allah dan ingin juga disebut kebaikkan aku", maka turunlah ayat 111 surah al-Kahfi:

Maka sesiapa yang berharap akan bertemu tuhannya, maka hendaklah berbuat amal yang baik dan janganlah mempersekutukan Allah dalam semua ibadatnya.

Sesiapa yang takut tetapi tidak berhati-hati maka tidak berguna takut itu. Seperti berkata: Aku takut siksa Allah tetapi tidak hati-hati dari dosa, maka tidak berguna takutnya itu.

Sesiapa yang berharap tetapi tidak beramal maka sia-sia harapnya itu. Sesiapa yang niat tapi tidak dilaksanakan, tiak berguna niatnya itu. Sesiapa yang berdoa tanpa usaha, maka sia-sia doanya itu. Sesiapa yang ishtigfar tanpa menyesal, maka tidak berguna ish tigfarnya itu. Sesiapa yang beramal tanpa ikhlas makan sia-sia amalnya itu.

Akan keluar pada akhir zaman satu kaum yangmencari agama dengan menjual agama, memakai pakaian bulu, lidah mereka lebih manis dari madu, sedangkan hati mereka bagaikan serigala.

Abdullah alMubarak meriwayatkan dari AbuBakar bin Maryam dari Dhomirah dari Abi Habib; Rasulullah s.a.w bersabda:

Ada kalanya malaikat membawa amal seorang hamba dan mereka anggap banyak dan mereka menyanjungnya sehingga sampai ke hazrat Allah, lalu Allah berfirman kepada mereka: Kamu hanya mencatat amal hamba Ku sedangkan Aku mengawasi isi dan niat hatinya, hamba Ku ini tidak ikhlas kepada Ku dalam amalnya maka campakkanlah ia kedalam sijjin.
Dan ada kalanya membawa naik amal hamba yang meraka anggap sedikit dan kecil sehingga sampai kepada Allah, maka Allah berfirman kepada Malaikat: Kamu hanya mencatat amal hamba Ku sedangkan Aku mengawasi isi dan niat hatinya, orang iniamat khlas dalam amal perbuatannya kepada Ku, catatlah amalnya dalam illiyin.

Amal yang sedikit tapi Ikhlas lebih baik dari amal yang banyak tapi tidak ikhlas.

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila hari Khiamat maka Allah akan menghukum diantara para makhluk dan semua umat bertekuk lutut.
Yang pertama akan dipanggil ialah orang yang pandai alQur'an, orang yang mati fisabilillah dan orang kaya.

Maka Allah bertanya kepada orang yang pandai alQur'an: Tidak kah Aku telah mengajarkan kepada mu atas apa yang Aku turunkan kepada utusanku.
Jawab orang itu: Benar Tuhan ku.
Firman Allah: Lalu apakah yang telah kamu lakukan atas apa yang kamu ketahui itu.
Jawabnya: Aku telah mempelajarinya di waktu malam dan mengamalkannya di waktu siang.
Firman Allah: Dusta kau.
Malaikat juga berkata: Dusta kau, sebenarnya engkau hanya ingin di gelar qari dan ahli dalam alQur'an, dan sudah disebut sedemikian itu.

Lalu dipanggil orang kaya dan ditanya: Apa yang engkau telah perbuatkan terhadap harta yang telah Aku kurniakan itu?
Jawabnya: Aku telah mengunakannya untuk membantu sanak saudara dan bersedekah.
Firman Allah: Dusta kau
Para Malaikat juga berkata: Dusta kau, kau berbuat begitu hanya ingin disebut sebagai dermawan, dan sudah terkenal demikina itu.

Lalu dihadapkan orang yang mati syahid berjihad fisabilillah, ditanya: Kenapa kamu terbunuh?
Jawabnya: Aku telah berperang untuk menegakkan agama Mu sehingga aku terbunuh.
Allah berfirman: Dusta engkau.
Malaikat juga berkata: Dusta engkau, engkau hanya ingin disebut pahlawan yang gagah berani dan sudah disebut demikian itu.

Kemudian Nabi s.a.w memukul paha ku sambil bersabda: HaiAbu Hurairah, ketiga-tiga orang itu lah yang pertama di bakar didalam api neraka pada hari khiamat.

Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan amal kebaikkannya sebagaimana menyembunyikan kejahatannya. Puncak IKHLAS adalah tidak ingin kepada pujian orang.

Zunnun alMishri ketika ditanya: Bilakah orang diketahui bahawa ia masuk dalam pilihan Allah? Jawabnya: Jika telah meninggalkan isytirehat, dapat memberi apa yang ada, tidak inginkan kedudukkan dan didak mengharapkan pujian dan cacian orang (yakni dipuji tidak merasa bangga dan dicela tidak merasa gundah).

MATEMATIKA DASAR SEDEKAH

Allah Taala berfirman:



”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka , dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka , dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu ( menjadi ) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka, Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (QS At-Taubah: 103)


Matematika Dasar Sedekah

Menurut Yusuf Mansyur, seorang ustadz yang memopulerkan bahasan rahasia sedekah, sedekah mempunyai perhitungan matematisnya sendiri, seperti yang diuraikan sebagai berikut:

Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?

10 – 1 = 19

Ya, di sana kita akan melihat keganjilan hitungan matematis. Sebuah pengurangan yang justru menghasilkan penambahan. Kenapa begitu? Kenapa bukan 10-1 = 9? Inilah matematika sedekah, kita memberi dari apa yang kita punya, dan Allah akan mengembalikan lebih banyak lagi.

Matematika sedekah di atas, diambil dari Quran Surat Al-An`am ayat 160, Allah menjanjikan balasan 10X lipat bagi mereka yang mau berbuat baik (sedekah), bahkan dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 261, Allah menjanjikan hingga 700X lipat.

Sebelumnya, kita sudah mengetahui, bahwa:

10 - 1 = 19

Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:

10 - 2= 28
10 - 3= 37
10 - 4= 46
10 - 5= 55
10 - 6= 64
10 - 7= 73
10 - 8= 82
10 - 9= 91
10 - 10= 100

Sedekah 2.5 % Tidaklah Cukup

Dengan infak 2,5% yang biasa kita berikan, jika kita telaah lebih jauh ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.

Misalnya, seorang karyawan yang mempunya gaji 1 juta. Dia punya pengeluaran rutin 2 juta, kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1 juta itu. Maka perhitungannya adalah: 2,5% dari 1.000.000 = 25.000. Maka yang tercatat: 1.000.000 – 25.000 = 975.000.

Angka 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dikeluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 975.000 + 250.000 = 1.225.000.

Jadi, “hasil akhir” dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1 juta, hanya Rp. 1.225.000,-. Angka ini masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar 2 juta. Jadi, jika dia sedekahnya 2,5%, dia harus mencari sisa Rp. 775.000 untuk menutupi kebutuhannya.

Maka sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Hasilnya akan lebih besar bila sedekah 10%.
perhitungannya adalah: 10% dari 1.000.000 = 100.000. Maka yang tercatat : 1.000.000 – 100.000 = 900.000.

Ingatlah, angka 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 900.000 + 1.000.000 = 1.900.000.

Dengan perhitungan ini, dia berhasil mengubah penghasilannya mendekati angka pengeluaran yang 2 juta. Dia hanya butuh 100 ribu tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkannya.

Katakanlah kepada hamba-hambaku yang telah beriman: Hendaklah mereka mendirikan Shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-teranganan sebelum datang hari ( kiamat ) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (QS Ibrahim: 31)